Luka

Tidak sama seperti sebelumnya. kali ini aku menulis dalam perasaan kesal dan marah. tapi perlu kau ketahui, memendam amarah sangatlah lebih mudah daripada harus memendam rindu. dan kini aku sedang melakukan keduanya. ketika aku merindu, perlahan lahan aku menggoreskan luka di tubuh sendiri. sebenarnya aku pun tidak mau merindukan bajingan itu. luka. menyebutnya bajingan membuatku marah, merindunya membuatku luka. 
cinta dan kawan kawannya memang selalu menimbulkan luka. bahkan, kalimat sayang yang lembut sekalipun. sedangkan rindu, rindu adalah bagian yang paling melukai. luka dari segala luka. dan kini aku terluka oleh rindu yang entah darimana datangnya. tidak jarang rinduku berubah menjadi pikiran pikiran yang memenuhi kepalaku, sehingga membuatku memakai barang pemberianmu, memutar rekaman berdurasi 20 detik yang kau kirim, dan membuka fotomu. bahkan, rindu itu juga berubah menjadi kata umpatan dan air mata. 
dikutuk rindu, membuatku jadi bodoh. aku tak mengerti apakah aku harus diam saja atau mengatakannya padamu. tapi, jika aku mengatakan ini padamu, belum tentu kau akan mengerti. Bisa jadi kau malah tidak peduli, dan semakin melukai.


"Sebab, rinduku melahap semuanya. Karena kau enggan memadamkan. Aku mati"

Yogyakarta, 15 Agustus 2016
Karisa Saraswati Danutami (2 hari sebelum kemerdekaan RI, masih dijajah rindu)

Komentar

  1. Thankyouuuu, i hope you enjoy my post:)

    BalasHapus
  2. Akun abal2 disuruh enjoying baca blog, wkwk
    btw, rekaman 20 detik isinya tentang rekaman pembacaan proklamasi? :p

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Treatment "Fantastic Beauty" by Laseca

a wishlist // sebuah tugas menulis kreatif

Im just little girl