Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2015

Rindu ini milikmu

Sudah lama sejak percakapan terakhir kita yang hanya kau biarkan, bak makanan yang dibiarkan hingga dingin, aku merindumu, namun rindu ini masih hangat. Aku harus tegaskan bahwa rindu ini milikmu, untukmu, dan untuk hatimu! Ambil lah rindu ini Kasih Temui aku...agar kau bisa merasakan hangatnya rinduku, barangkali kau juga merindukanku. Malam ini kerinduanku menghampiri empunya.. Mimpi apa aku? Kita bertemu! Malam itu aku menatap sepasang bola mata, yang balik jua menatapku.. Malam itu aku merasakan hangatnya sinar matamu di malam hari Malam itu aku merasa diikat sangat kuat, oleh senyum simpul mu Malam itu hening, kubiarkan rindu ini yang berbicara Malam itu, kami bertukar kerinduan yang melebur dalam pelukan keheningan.... Karena rindu ini bertemu pemiliknya, yang juga memberikan rindunya untukku.. -K

Percakapan ku dengan dinding kamar

Jadi, sampai dimana percakapan kita kemarin? Oh, ya baiklah.... Aku bersandar pada dinding kamar, dingin. Entah akhir-akhir ini aku selalu berbicara dengan dinding kamar, sepertinya aku sudah mulai nyaman bercerita dengannya. Mungkin terdengar aneh, karena ia benda mati, tapi justru sifatnya yang mati itulah yang membuatku nyaman jika bercerita dengannya. Jika kalian bertanya, apakah ada respon saat aku bercerita, tentu tidak. Tapi justru itu lah yang aku mau, dia diam sedangkan aku bercerita. Jika kalian bertanya, apakah dia memberiku saran, tidak. Tapi itu yang aku inginkan, karena aku tidak butuh saran hanya ingin di dengarkan. Terkadang mereka yang hidup, tidak mengerti caranya mendengarkan. Terkadang mereka yang hidup, tidak mencerna bagaimana seharusnya memberi respon. Terkadang mereka yang hidup, tidak mengerti caranya mendengarkan, tidak mencerna, tapi selalu memberi saran:) Saran bagaimana yang akan diberikan? Kalau mereka tak mendengarkan apa yang diceritakan. Dinding