Kenangan mu sudah membusuk bagaikan sampah
Aku berjalan memasuki relung hati ku sendiri,
disana sepi tapi damai dan nyaman.
Dulu tempat itu ramai, sesak dan penuh.
Ya, sesak dan penuh karena kamu beserta kenangan bersamamu.
Lukisan wajahmu dulu tercecer di relung hati ku
bak uang receh yang disebar.
Matamu yang indah dulu menghiasi hati ini,
dan saat aku memejamkan mata aku tidak merasa kan gelap,
justru aku merasa terang
karena bola mata mu yang indah
karena bola mata mu yang indah
hidup di dalam hatiku
dan melukiskan sinarnya saat aku didalam kegelapan.
dan melukiskan sinarnya saat aku didalam kegelapan.
Nada indah tawamu selalu terdengar di telingaku,
sekalipun saat aku tidur,
bak kotak musik yang dibiarkan terus menyala.
bak kotak musik yang dibiarkan terus menyala.
Kenangan mu yang bersarang di relung hati
seperti sarang laba-laba memaksaku untuk mengingat mu,
mengingat kita yang dulu.
Tapi itu dulu...
Sekarang, kamu beserta
kenangan mu sudah membusuk bagaikan sampah.
kenangan mu sudah membusuk bagaikan sampah.
Lukisan wajahmu, sinar dari bola matamu,
dan nada tertawamu sudah hancur.
dan nada tertawamu sudah hancur.
Lukisan wajahmu sudah tersobek oleh kebahagiaan,
sinar bola matamu sudah redup
tergantikan oleh cahaya masa depan,
tergantikan oleh cahaya masa depan,
nada tertawamu yang bagaikan kotak musik
sudah ku hancurkan.
sudah ku hancurkan.
Tapi sampah itu...
mempunyai tempat sendiri didalam relung hatiku ini.
Tempat yang tidak akan sudi
aku untuk menyentuhnya.
aku untuk menyentuhnya.
Aku membiarkannya bersarang disana.
Terimakasih, telah bersedia mampir
untuk membuat hati ini berwarna dan ramai,
Terimakasih banyak
karena setelah itu membuat hati ini porak poranda
karena setelah itu membuat hati ini porak poranda
seperti tumpukan sampah.
Dan terimakasih yang sebesar-besarnya
karena sudah memberi pengalaman hidup
yang bagus dan berharga.
Thankyou and Sorry for All my Faults
Karisa S.D
NOT ALLOWED TO COPY
Komentar
Posting Komentar